KALBAR SATU ID, TERKINI – Menjelang akhir tahun perdagangan 2025, harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) menunjukkan tren yang tetap kuat dan stabil di pasar domestik.
Harga logam mulia ini menarik perhatian pelaku pasar serta investor ritel, seiring dengan dinamika pasar global yang masih penuh ketidakpastian.
Berdasarkan data terbaru dari situs resmi Logam Mulia dan proyeksi analis komoditas, harga emas Antam untuk pecahan 1 gram pada hari ini diperkirakan mencapai sekitar Rp 2.650.000 per gram.
Perkiraan ini menguat dibandingkan dengan level-level sebelumnya di akhir pekan lalu, di mana harga emas sempat mencapai rekor tertinggi di kisaran Rp 2,6 jutaan per gram menjelang akhir Desember 2025.
Penguatan ini didorong oleh sentimen investor yang kembali memburu aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tren penguatan harga emas dunia. Sejumlah analis menilai bahwa meskipun mungkin ada tekanan jual sesaat, harga logam mulia masih memiliki ruang untuk bergerak positif di awal Tahun Baru 2026.
Berikut ini perkiraan daftar harga emas Antam per pecahan gram pada Rabu, 31 Desember 2025:
Emas Antam 0,5 gram : ± Rp 1.350.000
Emas Antam 1 gram : ± Rp 2.650.000
Emas Antam 2 gram : ± Rp 5.150.000
Emas Antam 3 gram : ± Rp 7.700.000
Emas Antam 5 gram : ± Rp 12.800.000
Emas Antam 10 gram : ± Rp 25.545.000
Emas Antam 25 gram : ± Rp 63.737.000
Emas Antam 50 gram : ± Rp 127.395.000
Emas Antam 100 gram : ± Rp 254.712.000
Emas Antam 250 gram : ± Rp 636.515.000
Emas Antam 500 gram : ± Rp 1.272.820.000
Emas Antam 1.000 gram : ± Rp 2.545.600.000
Selain itu, harga buyback/logam yang dibeli kembali dari pemegang emas biasanya menunjukkan selisih tertentu dari harga jual, mencerminkan dinamika permintaan dan likuiditas di pasar.
Para analis melihat bahwa emas tetap menjadi instrumen investasi menarik bagi investor jangka menengah dan panjang, terutama menjelang pergantian tahun, saat risiko global cenderung meningkat dan pasar saham sering mengalami volatilitas tinggi.
Tren harga emas di Indonesia pada akhir tahun ini juga mencerminkan kondisi pasar global, di mana logam mulia tetap dipilih sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan gejolak ekonomi dunia.






